Translate

27 Des 2012

THE PALACE HOTEL, CIPANAS ...BERSEBELAHAN DENGAN ISTANA PRESIDEN IDEN RI







indonesia-tourism.com
photo: valuable-tourism.blogspot.com


Bayangkan, lebih dari 100.000 kendaraan roda empat merayap di badan jalan selebar 7 meter menuju Puncak, kawasan Cipanas, Bogor, Jawa Barat, sejak Sabtu, Minggu, dan Senin (22-24 Desember 2012). Bahkan sepanjang Minggu sore hingga senin pagi kendaraan mencapai 50.000. Maka, kemacetan menjadi tak terhindarkan. 


Kucing-kucingan terhadap kemacetan menjadi seni tersendiri untuk bisa sedikit lowong menuju area wisata Puncak, kawasan Cipanas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan  berketinggian 1,900 m dari permukaan laut ini senantiasa diserbu oleh wisatawan  setiap kali libur long week end. 

Kemacetan menyebabkan waktu tempuh 1,5 jam perjalanan normal menjadi 5,5 jam.  Tak heran, memilih waktu keberangkatan maupun kepulangan menjadi seni tersendiri. Maklum ini long weekend @ year end dan ada hari “kejepit” pula yaitu hari Senin tanggal 24 Desember sebelum Natal 25 Desember.

Pada Jumat sore ...orang mulai berbondong-bondong bedol Jakarta menuju kawasan Puncak atau menuju Bandung. Begitupun Sabtu dan Minggu.  Sedangkan Senin? Aha, sepertinya ini salah satu waktu yang tepat, karena pelancong tinggal sepenggalan sisa-sisa saja. So, kami putuskan berangkat pagi pukul 10.00 hari Senin, 24 Desember 2012 dari kawasan Jakarta Selatan.  

Alhamdulillah, pilihan waktu ini cukup tepat.  Tak sampai pukul 12.00 kami sudah tiba di hotel The Palace, hotel *** dengan tariff Rp 1,- per malam (whaaat???) ….seperak semalam ????  yang bener aja….iya..iya … bener..suer….kami membayar hotel tersebut satu perak saja kurangnya dari satu juta rupiah per malam…..Uniknya, pengelola Hotel tidak menyediakan pendingin ruangan…..Maklum, udara Gunung Gede telah menyediakan kesejukan alami. Uniknya lagi, hotel ini bertetangga dengan Istana Kepresidenan RI Cipanas sekaligus memastikan lokasinya maupun panoramanya memang salah satu yang terbaik di kawasan ini. 

Selimut kabut perbukitan nan hijau perbukitan kawasan Cisarua dan Cipanas memang senantiasa  menawarkan kesejukan alami. Presiden I RI Soekarnomembangun tempat peristiratan  istana resmi kepresidenan RI, Istana Cipanas, yang jaraknya hanya beberapa langkah kaki dari Hotel tempatku menghabiskan libur Natal.
Setelah mendapatkan kamar, kami keluar hotel menuju restoran Minang, tempat makan favorit kami di Cipanas. Sedikit ragu untuk membawa mobil. Maka kami putuskan cukup naik angkot saja. Ternyata, feeling kami cukup baik.  Benar saja, meski hanya sebentar menikmati makan siang dan belanja kebutuhan snack kecil di minimart pulangnya ke arah hotel (arah ke Jakarta) jalan sudah tersendat. Gpp-lah kami bisa naik angkot, karena ada pak supir angkot yang nyetirin…he he..he ..hee…u know that, nyetir di tengah kemacetan kerap memberikan kejengkelan yang berujung kontra produktif.

Sekembali di hotel, di lantai tiga, kami membiarkan pintu balkon terbuka….membiarkan udara dingin masuk menyentuh kulit-kulit kami. Pipi ku setengah beku….alamak….My hubby, dengan perlengkapan personal computer-nya, mulai mengetik tugas-tugas hingga  menjelang pagi hari…..so….kami tidak bisa bergabung dengan tetamu lain menikmati makan malam dengan  small stage life music yang ditawarkan pihak hotel dengan performa petugas hotel menyanyi ala ngamen dari meja ke meja berkostum atribut Natal….….

Pukul sepuluh pagi harinya, Natal 25 Desember 2012, kami sudah mendapatkan informasi langsung dari  pihak kepolisian Bogor melalui telepon mengenai situasi lalu lintas menuju Jakarta. “Situasi di kawasan Bogor cukup padat, tetapi tetap jalan Pak,” demikian informasi yang didapatkan oleh suamiku.

Maka sekitar pukul 10.00 WIB kami meluncur ke arah Bogor untuk kembali ke Jakarta. Pulang lebih pagi lebih baik bila ingin menghindari macet. Selepas perkebunan Gunung Mas ternyata, laju kendaraan tersendat dan macet..cet..cet. Maka terpaksa kami putar balik ke arah Padalarang (sebelum Bandung) menuju gate Padalarang menuju Jakarta via tol. Perjalanan memang menjadi lebih panjang, tetapi lebih konstruktif, karena perjalanan panjang itu kami berbincang berbagai hal di tengah udara sejuk pegunungan hingga kami lupa makan siang ketika sudah masuk gate Padalarang….juga lupa singgah di rest area hingga sampai di Jakarta kembali.

Berbagai macam cara warga Jakarta menyiasati kemacetan. Termasuk berangkat pada waktu-waktu “aneh” seperti dini hari buta, atau seharian sebelumnya memantau kondisi lalu lintas melalui Radio Elshinta, Twitter, atau memilih just do it alias langsung tancap gas menuju lokasi, ga pake ini itu……


 

Jakarta, 26 Desember 2012






Tidak ada komentar:

Posting Komentar