indonesia-tourism.com
photo: valuable-tourism.blogspot.com
Bayangkan, lebih dari 100.000 kendaraan roda empat merayap di badan jalan selebar 7 meter menuju Puncak, kawasan Cipanas, Bogor, Jawa Barat, sejak Sabtu, Minggu, dan Senin (22-24 Desember 2012). Bahkan sepanjang Minggu sore hingga senin pagi kendaraan mencapai 50.000. Maka, kemacetan menjadi tak terhindarkan.
Kucing-kucingan terhadap kemacetan menjadi seni tersendiri untuk bisa sedikit lowong
menuju area wisata Puncak, kawasan Cipanas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan
berketinggian 1,900 m dari permukaan
laut ini senantiasa diserbu oleh wisatawan
setiap kali libur long week end.
Kemacetan menyebabkan waktu tempuh 1,5 jam perjalanan normal menjadi 5,5 jam. Tak heran, memilih waktu keberangkatan maupun kepulangan
menjadi seni tersendiri. Maklum ini long
weekend @ year end dan ada hari “kejepit” pula yaitu hari Senin tanggal 24 Desember
sebelum Natal 25 Desember.
Pada Jumat sore ...orang mulai berbondong-bondong
bedol Jakarta menuju kawasan Puncak
atau menuju Bandung. Begitupun Sabtu dan Minggu. Sedangkan Senin? Aha, sepertinya ini salah satu waktu
yang tepat, karena pelancong tinggal sepenggalan sisa-sisa saja. So,
kami putuskan berangkat pagi pukul 10.00 hari Senin, 24 Desember 2012 dari
kawasan Jakarta Selatan.
Alhamdulillah, pilihan waktu ini
cukup tepat. Tak sampai pukul 12.00 kami
sudah tiba di hotel The Palace, hotel *** dengan tariff Rp 1,- per malam (whaaat???)
….seperak semalam ???? yang bener
aja….iya..iya … bener..suer….kami membayar hotel tersebut satu perak saja kurangnya
dari satu juta rupiah per malam…..Uniknya, pengelola Hotel tidak menyediakan pendingin
ruangan…..Maklum, udara Gunung Gede telah menyediakan kesejukan alami. Uniknya
lagi, hotel ini bertetangga dengan Istana Kepresidenan RI Cipanas sekaligus
memastikan lokasinya maupun panoramanya memang salah satu yang terbaik di kawasan
ini.
Selimut kabut perbukitan nan hijau perbukitan kawasan Cisarua dan Cipanas memang senantiasa menawarkan kesejukan alami. Presiden I RI Soekarnomembangun tempat peristiratan istana resmi kepresidenan RI, Istana Cipanas, yang jaraknya hanya beberapa langkah kaki dari Hotel tempatku menghabiskan libur Natal.
Setelah mendapatkan kamar, kami keluar
hotel menuju restoran Minang, tempat makan favorit kami di Cipanas. Sedikit
ragu untuk membawa mobil. Maka kami putuskan cukup naik angkot saja. Ternyata, feeling kami cukup baik. Benar saja, meski hanya sebentar menikmati makan siang dan belanja kebutuhan snack kecil di minimart pulangnya
ke arah hotel (arah ke Jakarta) jalan sudah tersendat. Gpp-lah kami bisa naik angkot, karena ada pak supir angkot yang nyetirin…he
he..he ..hee…u know that, nyetir di
tengah kemacetan kerap memberikan kejengkelan yang berujung kontra produktif.
Sekembali di hotel, di lantai
tiga, kami membiarkan pintu balkon terbuka….membiarkan udara dingin masuk menyentuh
kulit-kulit kami. Pipi ku setengah beku….alamak….My hubby, dengan perlengkapan personal
computer-nya, mulai mengetik tugas-tugas hingga menjelang pagi hari…..so….kami tidak bisa bergabung dengan tetamu lain menikmati makan
malam dengan small stage life music yang ditawarkan pihak hotel dengan performa petugas
hotel menyanyi ala ngamen dari meja
ke meja berkostum atribut Natal….….
Pukul sepuluh pagi harinya, Natal
25 Desember 2012, kami sudah mendapatkan informasi langsung dari pihak kepolisian Bogor melalui telepon mengenai
situasi lalu lintas menuju Jakarta. “Situasi di kawasan Bogor cukup padat,
tetapi tetap jalan Pak,” demikian informasi yang didapatkan oleh suamiku.
Maka sekitar pukul 10.00 WIB kami
meluncur ke arah Bogor untuk kembali ke Jakarta. Pulang lebih pagi lebih baik bila ingin menghindari macet. Selepas perkebunan Gunung Mas
ternyata, laju kendaraan tersendat dan macet..cet..cet. Maka terpaksa kami putar balik ke arah Padalarang (sebelum Bandung) menuju gate Padalarang menuju Jakarta via tol. Perjalanan memang menjadi lebih panjang, tetapi lebih
konstruktif, karena perjalanan panjang itu kami
berbincang berbagai hal di tengah udara sejuk pegunungan hingga kami lupa makan
siang ketika sudah masuk gate Padalarang….juga lupa singgah di rest area hingga sampai di Jakarta
kembali.
Berbagai macam cara warga Jakarta
menyiasati kemacetan. Termasuk berangkat pada waktu-waktu “aneh” seperti dini
hari buta, atau seharian sebelumnya memantau kondisi lalu lintas melalui Radio
Elshinta, Twitter, atau memilih just do
it alias langsung tancap gas menuju lokasi, ga pake ini itu……
Jakarta, 26 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar