Translate

2 Jul 2013

KOMUNIKASI EKSTERNAL YANG MELEKAT PADA JABATAN


Setiap orang di dalam organisasi melakukan komunikasi, baik dengan sesama rekan kerja internal maupun dengan pihak-pihak di luar perusahaan, entah itu vendor, pelanggan, petugas institusi pemerintahan atau pun swasta. Kali ini kita membicarakan  peran komunikasi dalam setiap jenjang jabatan , yang kita batasi saja dulu kali ini untuk lingkup komunikasi ke luar (external communication).


Setiap orang, apa pun jabatannya di dalam sebuah perusahaan memiliki tugas membawa nama perusahaan (brand ambassador) dan menjaga nama baik perusahaannya (reputation). Lebih dari itu, Anda pun diharapkan mampu mempunyai hubungan (relationship) yang baik terhadap lingkungan dan relasi-relasi Anda.

Pada masa sekarang ini relationship semakin penting karena tingginya tuntutan masyarakat  terhadap perusahaan agar bersikap lebih interaktif daripada masa sepuluh tahun lalu. Penekanan relationship ini terjadi akibat perubahaan setting masyarakat akibat dampak kemajuan teknologi komunikasi yang menyediakan fasilitas interaktif  melalui media sosial seperti FB, Twitter, Youtube, dll.
           
Seorang pelanggan yang kecewa karena kualitas produk atau layanan, dapat dengan mudah berceloteh di media sosial atau mengambil gambar produk cacat dan mengunggahnya ke Youtube. Dengan menu share informasi khas media sosial negative tone seperti ini tersebar jauh lebih cepat dan jauh lebih lama bahkan tanpa batas waktu daripada media tradisional (cetak/elektronik).  Sebaliknya bila tone  itu positif maka makin baiklah image yang dihasilkan. Setiap orang di dalam perusahaan dapat berbuat maksimal dalam menyebarkan tone positif tersebut. Ini salah satu peran setiap orang di dalam organisasi selain yang disebutkan di atas tadi (brand ambassador, reputation, relationship).

Lalu bagaimana pula peran level manajerial menengah hingga pemimpin perusahaan dalam menjalankan komunikasi eksternalnya?

PERAN MANAJER PUNCAK

Pada dasarnya level manajerial dapat kita bagi menjadi dua bagian besar meliputi :
  • level non perencana strategis (biasanya adalah manager menengah seperti  manajer yang menjalankan fungsi-fungsi operasional, pengendali/kontrol, finance,  pemasaran, sumberdaya manusia, manufaktur, jasa informasi, dll.
  • level perencana strategis, merupakan level manajer puncak organisasi, yang memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan untuk masa depan perusahaan

Level manajerial puncak memiliki tuntutan sendiri. Di antaranya adalah secara kreatif menggariskan tujuan dan arah perusahaan alias corporate positioning serta Brand Positioning. Brand  adalah aset yang sangat penting melebihi nilai aset lain. Sejalan dengan membangun brand, para eksekutif puncak juga bertugas menggariskan arah dan tujuan corporate social responsibility (CSR), sembari terus menggunakan forum-forum di masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan perusahaan sembari memupuk lobi-lobi strategis hingga ke tahap relationship yang erat.

MANAJER MENENGAH

Para manajer menengah terdapat tuntutan keahlian dasar berkomunikasi, termasuk berkomunikasi dengan pihak-pihak luar. Mereka berkomunikasi untuk berkoordinasi, pertukaran informasi/ide, mendapatkan umpan balik hingga mencapai relationship yang baik dengan pihak-pihak eksternal sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing selaras dengan kebijakan komunikasi perusahaan yang diturunkan dari corporate positioning dan brand positioning.

Seorang area manager, misalnya, melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait di areanya untuk kepentingan perusahaan, juga membina relationship, sehingga tugas-tugas perusahaan yang dibebankan padanya dapat terdukung karena hubungan yang baik tersebut.

Di luaran, kita mengenal kasus Prita Mulasari yang berseteru dengan Omni International Hospital. Prita mendapatkan dukungan luar biasa dari publik di media sosial, sementara tak sepotong suara pun dukungan bagi Rumah Sakit Omni International, karena rumah sakit ini tidak membina relationship dengan para pasien, sehingga  tak seorang pun pasien mau membela RS tersebut di media sosial. RS tersebut memilih melawan arus dengan melalukan pendekatan hukum, yang terbukti justru menjadi Bumerang. Seperti kita tahu, hukuman denda Rp 204 juta terhadap Prita malah memicu dukungan yang lebih luas melalui  mailing list  dan Grup di Facebook ”KOIN UNTUK PRITA”. Rumah sakit ini akhirnya harus mengalah mencabut tuntutannya di pengadilan. Tetapi, lebih dari itu, Omni International Hospital mengalami kehancuran brand, pasien menjauh.

Perusahaan mana pun sudah pasti kita tidak ingin mengalami kondisi seperti ini. (Helsi Dinafitri/dari berbagai sumber)

Sumber :

  1. Communication Audit: Investigation Management Measuring Relationship and Reputation Training PR Society
  2. http://abbymaulanaputra911.blogspot.com/2012/10/peranan-manajer-dalam-pengelolaan.html
  3. Effective Organizational Communication: in Search of a System, Kaunas University of Technology, Lithuania. http://www.socsc.ktu.lt/index.php/Social/article/download/1038/1110
  4. Kiat membangun brand yang kuat ala Hermawan Kartajaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar